RSS

Arsip Penulis: tdjamaluddin

Tentang tdjamaluddin

Djamaluddin, lahir di Purwokerto, 23 Januari 1962, putra pasangan Sumaila Hadiko, purnawirawan TNI AD asal Gorontalo, dan Duriyah, asal Cirebon. Tradisi Jawa untuk mengganti nama anak yang sakit-sakitan, menyebabkan namanya diganti menjadi Thomas ketika umurnya sekitar 3 tahun, nama tersebut digunakannya sampai SMP. Menyadari adanya perbedaan data kelahiran dan dokumen lainnya, atas inisiatif sendiri nama di STTB SMP digabungkan menjadi Thomas Djamaluddin. Sejak SMA namanya lebih suka disingkat menjadi T. Djamaluddin. Sebagian besar masa kecilnya dihabiskan di Cirebon sejak 1965. Sekolah di SD Negeri Kejaksan 1, SMP Negeri 2, dan SMA Negeri 2. Baru meninggalkan Cirebon pada 1981 setelah diterima tanpa test di ITB melalui PP II, sejenis PMDK. Sesuai dengan minatnya sejak SMP, di ITB dia memilih jurusan Astronomi. Minatnya diawali dari banyak membaca cerita tentang UFO, sehingga dia menggali lebih banyak pengetahuan tentang alam semesta dari Encyclopedia Americana dan buku-buku lainnya yang tersedia di perpustakaan SMA. Dari kajian itu yang digabungkan dengan kajian dari Al Quran dan hadits, saat kelas I SMA (1979) dia menulis "UFO, Bagaimana menurut Agama" yang dimuat di majalah ilmiah populer Scientae. Itulah awal publikasi tulisannya, walaupun kegemarannya menulis dimulai sejak SMP. Ilmu Islam lebih banyak dipelajari secara otodidak dari membaca buku. Pengetahuan dasar Islamnya diperoleh dari sekolah agama setingkat ibtidaiyah dan dari aktivitas di masjid. Pengalaman berkhutbah dimulai di SMA dengan bimbingan guru agama. Kemudian menjadi mentor di Karisma (Keluarga Remaja Islam masjid Salman ITB) sejak tahun pertama di ITB (September 1981) sampai menjelang meninggalkan Bandung menuju Jepang (Maret 1988). Kegiatan utamanya semasa mahasiswa hanyalah kuliah dan aktif di masjid Salman ITB. Kegemarannya membaca dan menulis. Semasa mahasiswa telah ditulisnya 10 tulisan di koran tentang astronomi dan Islam serta beberapa buku kecil materi mentoring, antara lain Ibadah Shalat, Membina Masjid, dan Masyarakat Islam. Lulus dari ITB (1986) kemudian masuk LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Bandung menjadi peneliti antariksa. Dan tahun 1988 - 1994 mendapat kesempatan tugas belajar program S2 dan S3 ke Jepang di Department of Astronomy, Kyoto University, dengan beasiswa Monbusho. Tesis master dan doktornya berkaitan dengan materi antar bintang dan pembentukan bintang. Namun aplikasi astronomi dalam bidang hisab dan rukyat terus ditekuninya. Atas permintaan teman-teman mahasiswa Muslim di Jepang dibuatlah program jadwal salat, arah kiblat, dan konversi kalender. Upaya menjelaskan rumitnya masalah globalisasi dan penyeragaman awal Ramadhan dan hari raya dilakukannya sejak menjadi mahasiswa di Jepang. Menjelang awal Ramadhan, idul fitri, dan idul adha adalah saat paling sibuk menjawab pertanyaan melalui telepon maupun via internet dalam mailing list ISNET. Amanat sebagai Secretary for Culture and Publication di Muslim Students Association of Japan (MSA-J), sekretaris di Kyoto Muslims Association, dan Ketua Divisi Pembinaan Ummat ICMI Orwil Jepang memaksanya juga menjadi tempat bertanya mahasiswa-mahasiswa Muslim di Jepang. Masalah-masalah riskan terkait dengan astronomi dan syariah harus dijawab, seperti shalat id dilakukan dua hari berturut-turut oleh kelompok masyarakat Arab dan Asia Tenggara di tempat yang sama, adanya kabar idul fitri di Arab padahal di Jepang baru berpuasa 27 hari, atau adanya laporan kesaksian hilal oleh mahasiswa Mesir yang mengamati dari apartemen di tengah kota padahal secara astronomi hilal telah terbenam. Kelangkaan ulama agama di Jepang juga menuntutnya harus bisa menjelaskan masalah halal-haramnya berbagai jenis makanan di Jepang serta mengurus jenazah, antara lain jenazah pelaut Indonesia. Saat ini bekerja di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Bandung sebagai Kepala LAPAN dan Peneliti Utama (Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisik. Sebelumnya pernah menjadi Kepala Unit Komputer Induk LAPAN Bandung, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa LAPAN, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, serta Deputi Sians, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan. Juga pernah mengajar/membimbing di Program Magister dan Doktor Ilmu Falak di IAIN/UIN Semarang. Terkait dengan kegiatan penelitiannya, saat ini ia menjadi anggota Himpunan Astronomi Indonesia (HAI), International Astronomical Union (IAU), dan National Committee di Committee on Space Research (COSPAR), serta anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Depag RI dan Provinsi Jawa Barat. Lebih dari 50 makalah ilmiah, lebih dari 100 tulisan populer, dan 5 buku tentang astronomi dan keislaman telah dipublikasikannya. Alhamdulillah, beberapa kegiatan internasional juga telah diikuti dalam bidang kedirgantaraan (di Australia, RR China, Honduras, Iran, Brazil, Jordan, Jepang, Amerika Serikat, Slovakia, Uni Emirat Arab, India, Vietnam, Swiss, Thailand, dan Rusia) dan dalam bidang keislaman (konferensi WAMY – World Assembly of Muslim Youth -- di Malaysia). Beristrikan Erni Riz Susilawati, saat ini dikaruniai tiga putra: Vega Isma Zakiah (lahir 1992), Gingga Ismu Muttaqin Hadiko (lahir 1996), dan Venus Hikaru Aisyah (lahir 1999).

Dokumentasi Blog Lama – Dibuang Sayang

Karena blog lama “spaces.live.com” bubar, maka text di blog http://t-djamaluddin.spaces.live.com/ dipindahkan ke blog ini. Ya, apa adanya, karena pemindahan dilakukan secara otomatik. Sebagian besar isi blog ini telah ditataulang di blog baru saya, http://tdjamaluddin.wordpress.com/, namun untuk catatan historis blog ini saya pertahankan isinya. Foto-foto di blog lama masih tersimpan di tempatnya yang lama dan bisa diakses via blog baru saya (lihat link di sisi kanan blog tersebut). Jadi, silakan merujuk ke blog baru http://tdjamaluddin.wordpress.com/.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Maret 7, 2011 inci Aneka Catatan

 

Ganti Blog

Blog Baru Dokumentasi T. Djamaluddin

Karena masalah dalam akses updating, blog ini saya hentikan updatingnya.
Saya membuat blog baru "Dokumentasi T. Djamaluddin"
dengan tema "Berbagi Ilmu untuk Pencerahan dan Inspirasi"
di

http://tdjamaluddin.wordpress.com/

Silakan kunjungi blog baru tersebut.

 
3 Komentar

Ditulis oleh pada Mei 1, 2010 inci Aneka Catatan

 

Struktur Alam Semesta

Pancaran Inframerah: Menguak Struktur Alam Semesta

(Dimuat Pikiran Rakyat, 2 Okt 1995)

T. Djamaluddin

Peneliti Bidang Matahari dan
Lingkungan Antariksa, LAPAN Bandung

================================================================
Catatan:

Subhanallah. Bukti baru dari pengamatan teleskop antariksa Hubble mengungkapkan keberadaan “energi gelap” (energi yang belum diketahui hakikatnya) yang mempercepat pengembangan alam semesta. Isi alam semesta ini yang tampak hanya <1%, 73% energi gelap, dan sisanya “materi gelap” (materi tak tampak). http://www.skyandte…lescope.com/community/skyblog/newsblog/89139742.html

Tulisan lama saya ini — cerita tentang menguak struktur alam semesta dari survey kolaborasi bersama teman-teman di Univ. Kyoto tahun 1990-an  — masih relevan saya masukkan dalam dokumentasi blog saya untuk memberikan pemahaman awal tentang struktur alam semesta yang pengembangannya dipelajari dari gerak menjauh galaksi-galaksi. Kerja kolaborasi tsb makalahnya dapat dibaca di

http://articles.adsabs.harvard.edu/cgi-bin/nph-iarticle_query?1993MNRAS.262…79Y&amp;data_type=PDF_HIGH&amp;whole_paper=YES&amp;type=PRINTER&amp;filetype=.pdf

http://articles.adsabs.harvard.edu/cgi-bin/nph-iarticle_query?1993ApJS…89…57Y&amp;data_type=PDF_HIGH&amp;whole_paper=YES&amp;type=PRINTER&amp;filetype=.pdf

==============================================================


Komponen terkecil alam semesta dalam tinjauan skala besar adalah galaksi. Galaksi sendiri sebenarnya adalah kumpulan milyaran bintang. Tetapi dalam skala besar alam semesta, galaksi-galaksi itu hanya dipandang sebagai titik-titik yang tersebar di dalam ruang yang amat besar. Dari pengamatan jarak dan sebaran galaksi-galaksi diketahui bahwa galaksi-galaksi itu berkelompok membentuk gugusan galaksi (Cluster). Daerah kosong yang tidak mengandung galaksi disebut kehampaan (void). Tetapi ternyata tidak semua daerah langit berhasil dipetakan. Ada zona gelap yang masih merupakan wilayah kabur yang belum banyak diketahui struktur sebaran galaksi pada arah itu. Ini menantang astronom untuk berusaha menembusnya, diantaranya dengan mendeteksi pancaran sinar inframerah dari galaksi-galaksi luar.

Gugusan Galaksi


Bila kita melihat foto langit hasil pemotretan dengan teleskop besar, misalnya foto survai langit oleh observatorium Palomar (Palomar Observatory Sky Survey, POSS), yang terlihat adalah titik-titik putih. Itu adalah bintang-bintang yang berada di galaksi kita. Kalau kita teliti lebih cermat dengan menggunakan lup (kaca pembesar), pada daerah-daerah tertentu ada titik-titik yang bentuknya bukan seperti titik biasanya, melainkan berbentuk agak lonjong atau bahkan disertai bentuk “S” yang kabur. Objek-objek seperti itu adalah galaksi yang sangat jauh. Karena jaraknya yang amat jauh, ratusan milyar bintang pada galaksi itu hanya tampak sebagai satu noktah terang. Di beberapa daerah langit kita bisa menjumpai adanya kumpulan galaksi di sela-sela titik-titik bintang.

Dengan mempelajari spektrum cahaya galaksi-galaksi itu, astronom bisa menentukan jaraknya. Ternyata galaksi-galaksi itu berkelompok. Kelompok terkecil menempati ruang dalam skala tiga juta tc (tc : tahun cahaya, jarak yang ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun dengan kecepatan 300.000 km/detik; 9,5 trilyun km), misalnya yang disebut grup lokal yang berisi 21 galaksi, termasuk galaksi kita (galaksi Bima Sakti). Kelompok-kelompok kecil itu membentuk kelompok yang lebih besar yang disebut gugus raksasa (supercluster). Gugus raksasa itu menempati ruang berskala 60 juta tc atau lebih.

Menurut hasil penelitian dalam dasa warsa terakhir ini, diketahui bahwa struktur alam semesta terdiri dari gugus raksasa yang membentuk seperti pita (filamen) atau bidang dan void (kehampaan) yang besar. Void didefinisikan sebagai ruang alam semesta yang tidak mengandung galaksi dalam rentang 90 juta tc.

Sebagian besar gugus galaksi itu berkumpul dalam gugus raksasa yang berbentuk seperti bidang yang disebut bidang super galaktik. Gugus raksasa lainnya yang telah diketahui berbentuk filamen, misalnya filamen Hydra (melalui rasi Hydra) dan filamen Puppis (melalui rasi Puppis).

Struktur gugus raksasa itu kini terus dipelajari untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang struktur alam semesta kita. Tetapi para astronom mendapat kendala karena ada langit yang tidak transparan, sehinggga di daerah itu sedikit sekali galaksi luar yang terlihat. Daerah itu disebut zona langka galaksi atau zona gelap (zone of avoidance), yang struktur sebaran galaksinya tidak banyak kita ketahui.

Zona Gelap


Galaksi kita, galaksi Bima Sakti, sebenarnya bukan hanya terdiri dari bintang-bintang, tetapi juga awan gas dan debu yang biasanya disebut awan molekul. Seperti halnya awan di angkasa bumi menghalangi pengamatan bintang, awan molekul menghalangi pengamatan galaksi-galaksi luar yang lebih jauh dari bintang-bintang yang biasa kita lihat. Akibat serapan cahaya oleh kumpulan awan molekul di hampir seluruh bidang galaksi kita itu, menyebabkan daerah langit yang dilalui Bima Sakti sebagai zona gelap. Hanya sebagian kecil saja yang sedikit mengandung awan molekul yang dikenal sebagai jendela galaksi, misalnya di sekitar Puppis. Di daerah Puppis ini jumlah galaksi luar yang teramati relatif banyak dibandingkan dengan di daerah bidang galaksi lainnya.

Untuk mengetahui lebih jelas struktur alam semesta dalam skala besar, telaah sebaran galaksi-galaksi di zona gelap ini sangat diperlukan. Tetapi bagaimana? 


Galaksi-galaksi luar itu memancarkan sinar infra merah yang cukup kuat. Sifat sinar infra merah yang utama adalah kemampuannya menembus halangan awan molekul. Sehingga kalau kita menggunakan kamera yang peka menangkap pancaran sinar infra merah dari galaksi-galaksi luar itu, kita akan melihat lebih banyak galaksi luar di zona gelap itu.


Maka pencarian galaksi di zona gelap itu dilakukan terutama dengan memanfaatkan hasil survai langit yang mendeteksi pancaran sinar infra merah. Pencarian ini dapat dilakukan dengan memanfaatklan data IRAS (Infrared Astronomical Satelite) yang dikonfirmasikan secara visual pada foto langit (paper print) POSS (Palomar Observatory Sky Survey) dan atlas inframerah UK Schmidt.


Dari hasil pencarian itu diperoleh ribuan galaksi di zona gelap itu. Setelah dianalisis, struktur sebarannya menunjukkan adanya kesinambungan gugus galaksi raksasa yang membentuk filamen Hydra dan Puppis dan beberapa filamen lainnya. Sebelumnya struktur yang “terpenggal” oleh zona gelap masih merupakan teka-teki, apakah struktur itu bersambung atau memang terpenggal.

Dengan telaah sinar infra merah yang dipancarkan galaksi-galaksi luar teka-teki itu terjawab. Tetapi masih diperlukan telaah lebih mendalam untuk mempelajari struktur alam semesta yang lebih lengkap lagi. Kini dengan teleskop pendeteksi sinar infra merah yang lebih canggih yang berada di satelit di luar angkasa usaha itu masih diteruskan. Semakin jauh kita menembus kedalaman langit menguak struktur alam semesta, kita akan makin tahu kekecilan galaksi kita, apalagi bumi dan diri kita sendiri.

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Maret 30, 2010 inci Sains Antariksa & Astronomi

 

Sempurnakan Arah Kiblat dengan Benar

Mari Kita Akhiri Kontroversi Arah Kiblat

 

Masalah arah
kiblat yang seolah bergeser akibat gempa perlu segera diluruskan. Karena hal
itu tidak berdasar logika ilmiah dan berpotensi meresahkan masyarakat. Pergeseran
lempeng bumi hanya berpengaruh pada perubahan peta bumi dalam rentang waktu
puluhan atau ratusan juta tahun, karenanya tidak akan berdampak signifikan pada
perubahan arah kiblat di luar Mekkah dalam rentang peradaban manusia saat ini. Jadi,
saat ini tidak ada pergeseran arah kiblat akibat pergeseran lempeng bumi atau
gempa. Semua pihak (terutama Kementerian Agama dan MUI) jangan terbawa pada
opini yang didasari pada informasi yang keliru.

 

Masalah
ketidakakuratan arah kiblat yang terjadi pada banyak masjid, bukanlah masalah
pergeseran arah kiblat, tetapi karena ketidakakuratan pengukuran pada awal
pembangunannya. Itu bukan masalah serius dan mudah dikoreksi. Badan Hisab
Rukyat (BHR) Kementerian Agama dan BHR Daerah serta kelompok-kelompok peminat
hisab rukyat bisa memberikan bantuan penyempurnaan arah kiblat tersebut. Bisa
juga dilakukan koreksi massal dengan panduan bayangan matahari pada saat
matahari berada di atas Mekkah atau dengan panduan arah kiblat berbasis internet Google Earth/Qiblalocator.
Setelah arah kiblat diketahui, tidak harus bangunannya yang diubah, cukup arah
shafnya. Kementerian Agama bersama MUI, BHR, BHRD, dan kelompok-kelompok
peminat hisab rukyat bisa melakukan sosialisasi penyempurnaan arah kiblat
tersebut.

 

Info saat posisi
matahari berada di atas Mekkah dapat dilihat di blog saya:

http://t-djamaluddin.spaces.live.com/default.aspx?_c01_BlogPart=blogentry&_c=BlogPart&handle=cns!D31797DEA6587FD7!113

 

Panduan langsung arah kiblat berbasis Google Earth pada
dilihat di

http://www.qiblalocator.com/

 

Fatwa MUI tentang arah kiblat yang membolehkan menghadap ke
arah Barat perlu dipertimbangkan lagi karena menghadap arah kiblat yang benar
bukan hal sulit dan penyempurnaan arah kiblat di banyak masjid juga tidak harus
mengubah bangunannya.

 

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Maret 25, 2010 inci Hisab-Rukyat

 

Arah Kiblat tak Berubah

Tak Benar Pergeseran Lempeng Bumi Mengubah Arah Kiblat

Ini berita yang membangkitkan cerita awal 2010 seolah gempa mengubah arah kiblat. Berita ini kemudian muncul juga di running text TV One  Jumat malam, 19 Maret, lalu Ketua MUI yang menjadi nara sumber muncul juga di TV One.

========================================================

MUI
Minta Masjid Sesuaikan Arah Kiblat

Kamis, 18 Maret 2010, 17:59 WIB

   

JAKARTA-Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta
masjid di Indonesia menyesuaikan arah kiblat agar tepat mengarah Kabah
di Kota Mekkah, Arab Saudi. Alasannya, akibat pergeseran lempengan bumi,
arah kiblat dari Indonesia ke Mekkah bergeser sekitar 30 centimeter
lebih ke kanan.

Karena itu, arah kiblat masjid perlu
disesuaikan. Jadi, harus disesuaikan dengan penemuan terbaru. Kalau
melenceng 1-2 atau 5 cm tidak begitu masalah. Ini kan bergeser cukup
besar sekitar 30 centimeter lebih, ujar Ketua MUI, KH Amidhan, Kamis
(18/3) di Jakarta.

=====================================================

Beberapa orang segera menelpon saya minta klarifikasi. Bahkan kabarnya ada masjid yang bersiap mengubah arah kiblatnya. Segera saya buat bantahan yang saya kirim ke beberapa media massa, karena khawatir meresahkan, seperti ada masjid yang sudah bersiap mengubah arah kiblatnya tersebut (tetapi bagaimana cara menggeser 30 cm ke kanan?). Okezone memuat bantahan itu pada 20 Maret. Walau seolah judulnya membatasi hanya Gempa Cile, kantor berita "Antara" memberitakan  pada 20 Maret bantahan tersebut yang dikutip pada 21 Maret oleh banyak media lain (antara lain, Republika, Liputan 6, TV One, Berita8, Waspada (Medan), Semangat Pagi (Makassar). Malamnya Elshinta mewawancara saya langsung terkait masalah tersebut.

Techno – Science

Gempa Tidak Sebabkan Pergeseran Kiblat

Sabtu, 20 Maret 2010 – 11:54 wib

 
Rachmatunnisa – Okezone

JAKARTA
– Awal tahun 2010, publik ramai membahas melencengnya arah kiblat.
Gempa bumi yang terjadi bertubi-tubi ditengarai menjadi penyebab
pergeseran arah kiblat di sejumlah masjid di Indonesia. Alasannya,
akibat gempa tanah di Indonesia mengalami pergeseran sekitar tujuh
centimeter per tahun.

Padahal pada kenyataannya, gempa tidak
sampai menyebabkan pergeseran arah kiblat. Profesor Riset Astronomi
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin
memberikan catatan kepada media dan pihak terkait agar jangan sampai
menimbulkan kesalahfahaman terkait hal ini.

"Pernyataan tersebut
mungkin salah kutip atau salah persepsi, tetapi berpotensi meresahkan
masyarakat. Pergeseran lempeng yang mengubah peta bumi lalu mengubah
arah kiblat, perlu waktu puluhan juta tahun. Jadi tidak akan ada
perubahan arah kiblat akibat gempa," kata Thomas kepada Okezone,
Sabtu (20/32010).

Menurutnya, jika kenyataannya banyak mesjid
yang arah kiblatnya kurang tepat, bukan disebabkan perubahan tersebut,
melainkan karena sejak awal menentukan arah kiblat yang memang kurang
akurat.

LAPAN:
Gempa Cile tak Ubah Arah Kiblat

Ahad, 21 Maret 2010, 11:04 WIB

   

JAKARTA–Pakar astronomi Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Prof Dr Thomas Djamaluddin,
membantah pemberitaan bahwa pergeseran lempengan bumi akibat gempa Cile
telah menggeser arah kiblat sekitar 30 centimeter lebih ke kanan.

"Tidak
ada pergeseran arah kiblat oleh pergeseran lempeng atau sebab lain.
Pernyataan tersebut mungkin salah kutip atau salah persepsi, tetapi
berpotensi meresahkan masyarakat," kata Djamal di Jakarta, Minggu
(21/3).

Diakuinya banyak masjid yang arah kiblatnya kurang tepat,
namun bukan karena adanya perubahan arah kiblat, tetapi karena
penentuan awal sebelum pembangunannya yang tidak akurat.

Saat itu
masjid cenderung dibangun dengan arah kiblat yang sekedar mengikuti
arah barat lalu diserongkan sedikit ke kanan atau sekedar mendasarkan
diri pada arah kiblat masjid terdekat yang belum tentu benar, ujarnya.
"Jadi yang tidak benar metode pengukurannya, bukan alat ukurnya,"
katanya.

Menurut dia, hanya dengan bantuan posisi matahari saja
cukup akurat menentukan arah kiblat jika dipandu oleh orang yang
terlatih ilmu falak, selain itu juga peranti lunak Qibla Locator yang
termuat dalam situs web http://www.qiblalocator.com
juga mudah digunakan.

Ditegaskannya, pergeseran lempeng yang
mengubah peta bumi termasuk mengubah arah kiblat, memerlukan waktu
jutaan tahun.

Pergeseran Lempeng

Ia juga
mengatakan tentang NASA yang mengabarkan bahwa gempa Cile berdampak pada
pergeseran poros "gambar bumi" dan percepatan rotasi bumi. "Tapi,
pergeseran lempeng yang sebenarnya menyebabkan perubahan rotasi itu,
bukan gempanya, karena gempa sekadar indikator pelepasan energi akibat
pergeseran lempeng bumi," katanya.

Akibat pergeseran lempeng,
lanjut Djamal, kesetimbangan "gambar bumi" sedikit berubah karena titik
massa kulit bumi bergeser. Hal itu menyebabkan poros "gambar bumi"
bergeser.

Poros "gambar bumi" (Earth`s figure axis), lanjut dia,
tidak sama dengan poros astronomis (poros utara-selatan) yang
menggambarkan poros rotasi bumi.

"Untuk kasus gempa Cile 2010
pergeserannya sekitar 8 cm di mana sudutnya bergeser 2,7 mili detik
busur =0,00000075 derajat dan terlalu kecil untuk dilihat," katanya.

Demikian
juga gempa Aceh 2004, pergeserannya hanya 7 cm di mana sudutnya
bergeser 2,32 mili detik busur = 0,00000064 derajat, demikian Djamal.

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Maret 22, 2010 inci Hisab-Rukyat

 

Percepatan-Perlambatan Rotasi Bumi

ROTASI BUMI
DIPERCEPAT OLEH GEMPA DAN DIPERLAMBAT PASANG SURUT BULAN

 

Beberapa hari setelah gempa Chile 27 Februari
2010 peneliti JPL NASA mengabarkan bahwa gempa Chile berdampak pada percepatan
rotasi bumi dan pergeseran poros ”gambar bumi”. Bagi sebagian orang, berita
tersebut mengejutkan. Tetapi sebenarnya, percepatan dan pelambatan rotasi bumi terus terjadi. Bumi kita secara konstan diperlambat
olah pasang surut bulan dengan efek yang lebih kuat. Apa yang sesungguhnya terjadi?

 

 

http://www.jpl.nasa.gov/news/news.cfm?release=2010-071

Chilean Quake May Have Shortened Earth Days

March 01, 2010

The Feb. 27 magnitude 8.8 earthquake in Chile may have shortened the length
of each Earth day.

JPL research scientist Richard Gross computed how Earth’s rotation should have
changed as a result of the Feb. 27 quake. Using a complex model, he and fellow
scientists came up with a preliminary calculation that the quake should have
shortened the length of an Earth day by about 1.26 microseconds (a microsecond
is one millionth of a second).

Perhaps more impressive is how much the quake shifted Earth’s axis. Gross
calculates the quake should have moved Earth’s figure axis (the axis about
which Earth’s mass is balanced) by 2.7 milliarcseconds (about 8 centimeters, or
3 inches). Earth’s figure axis is not the same as its north-south axis; they
are offset by about 10 meters (about 33 feet).

By comparison, Gross said the same model estimated the 2004 magnitude 9.1
Sumatran earthquake should have shortened the length of day by 6.8 microseconds
and shifted Earth’s axis by 2.32 milliarcseconds (about 7 centimeters, or 2.76
inches).

Gross said that even though the Chilean earthquake is much smaller than the
Sumatran quake, it is predicted to have changed the position of the figure axis
by a bit more for two reasons. First, unlike the 2004 Sumatran earthquake,
which was located near the equator, the 2010 Chilean earthquake was located in
Earth’s mid-latitudes, which makes it more effective in shifting Earth’s figure
axis. Second, the fault responsible for the 2010 Chiliean earthquake dips into
Earth at a slightly steeper angle than does the fault responsible for the 2004
Sumatran earthquake. This makes the Chile fault more effective in
moving Earth’s mass vertically and hence more effective in shifting Earth’s
figure axis.

Gross said the Chile
predictions will likely change as data on the quake are further refined.


Pergeseran
lempeng yang sebenarnya menyebabkan perubahan rotasi itu, bukan gempanya. Gempa
sekadar indikator pelepasan energi akibat pergeseran lempeng bumi. Karena ada
pergeseran lempeng bumi, maka kesetimbangan "bola" bumi berubah. Sesungguhnya
"bola" bumi bukanlah bola sempurna, tetapi bola pepat di arah kedua kutubnya
(oblate spherical) dengan distribusi massa yang tidak merata. Dalam geodesi,
bentuk bumi yang tak mulus itu menjadi kajian menarik. Poros "gambar
bumi" geodetik itu dirumuskan sebagai poros yang menjadikan massa bumi relatif
setimbang di sekitar poros. Jadi poros "gambar bumi" (Earth’s figure
axis) tidak sama dengan poros astronomis (poros utara selatan) yang
menggambarkan poros rotasi bumi.

 

Apa akibat
pergeseran lempeng? Kesetimbangan "gambar bumi" sedikit berubah karena
titik massa kulit bumi bergesar. Akibatnya, poros "gambar bumi"
bergeser. Untuk kasus gempa Chile 2010 pergeserannya sekitar 8 cm (sudutnya
bergeser 2,7 mili detik busur =0,00000075 derajat, terlalu kecil untuk
dilihat). Dan untuk gempa Aceh 2004 pergeserannya 7 cm (sudutnya bergeser 2,32
mili detik busur = 0,00000064 derajat).

 

Akibat pergesaran
kesetimbangan massa bumi, rotasi bumi dipercepat 1,26 mikro detik =
0,000000126 detik, manusia tidak mungkin merasakannya). Sebenarnya soal percepatan-perlambatan
rotasi bumi, bukan hanya disebabkan oleh pergeseran lempeng. Efek pasang surut bulan
juga menyebabkan rotasi bumi diperlambat 0,00002 detik per tahun, jauh lebih kuat efeknya daripada gempa (lihat blog saya ”Sinkronisasi Bumi-Bulan” di

http://t-djamaluddin.spaces.live.com/default.aspx?_c01_BlogPart=blogentry&_c=BlogPart&handle=cns!D31797DEA6587FD7!136

 

 

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Maret 4, 2010 inci Sains Antariksa & Astronomi

 

Talents Mapping

MEMBACA POTENSI DIRI

 

            Beberapa bulan lalu LAPAN memfasilitasi
analisis bakat (Talents Mapping) sebagian pegawainya. Menarik juga untuk membaca
potensi diri untuk dikembangkan. Tujuh bakat dominan perlu diperhatikan,
masing-masing orang pasti unik. Inilah tujuh bakat dominan saya menurut
analisis Talents Mapping.

 

1. DEVELOPER

2. IDEATION

3. CONNECTEDNESS

4. STRATEGIC

5. EMPATHY

6. HARMONY

7. ARRANGER

 

DEVELOPER: Senang memajukan orang lain dan melihat orang lain maju,
mendapatkan kepuasan dari melihat setiap kemajuan masing-masing individu.

        
Dia
melihat kemampuan yang ada pada orang lain. Semua kemampuan mereka itu dapat
terlihat oleh nya.

        
Ketika
berinteraksi dengan orang, dia bersedia menolong mereka mencarikan jalan untuk
mencapai tujuan.

Tema bakat ini merupakan salah satu bakat yang sering terdapat pada peran
berikut: manager, guru, pelatih, pembimbing, petugas sosial.

 

IDEATION: Banyak ide, menyukai diskusi kelompok yang bebas, dan baik sekali
di dalam brainstorming.

        
Inovatif,
konsep, teori, dan soiusi merupakan hat yang penting bagi orang berbakat
Ideation.

        
Dia
memiliki cara yang sederhana untuk menjelaskan banyak kejadian, konsep yang
sangat mendasar seringkati dapat menjelaskan apa yang kelihatannya rumit dan
menemukan idea yang belum lengkap ini merupakan hat menyenangkan.

        
Dia
tergila-gita dengan ide-ide. Apakah ide itu? Ide adalah konsep, penjelasan
terbaik tentang berbagai kejadian.

Tema bakat ini merupakan salah satu bakat yang sering terdapat pada peran
berikut: marketing, advertensi, wartawan, perancang, atau pengembang produk
baru.

 

CONNECTEDNES:  Memiliki keyakinan
dalam menjelaskan gejala secara ”bathin”

        
Penuh
pertimbangan, penuh perhatian, mudah menerima : inilah kata-kata yang tepat
baginya.

        
Segata
sesuatu terjadi pasti ada sebabnya. Dia yakin akan hal itu, karena dalam
hatinya dia tahu bahwa kita semua ini sating berkaitan.

Tema bakat ini merupakan satah satu bakat yang sering terdapat pada peran
berikut: pendengar dan pemberi saran (konselor), leader di dalam membangun team
yang berbeda kelompok, atau membantu orang merasa berguna.

 

STRATEGIC: Dapat memilih jalan terbaik dari berbagai pilihan berdasarkan data
dan intuisi, dapat melihat pola dari pengalaman dan data, isunya timbul dalarn
berbagai skenario.

        
"What
if?" nya timbut karena banyaknya pilihan di depan yang harus diambil.

        
Tema
Strategic memungkinkannya memilah di antara kekusutan dan menemukan jalur yang
terbaik.

        
Dia
memisahkan dan memilih sampai ditemukan lintasan yang terbaik.

Tema Bakat ini merupakan salah satu bakat yang sering terdapat pada peran
berikut: perencana strategis, manager, leader.

 

EMPATHY: Dapat merasakan perasaan orang lain seakan terjadi pada dirinya.

        
Mengerti
emosi yang sedang dialami seseorang, walaupun dia tidak selalu perlu setuju
dengan perasaan orang tersebut.

        
Dapat
"mendengarkan" pertanyaan yang tidak terungkapkan.

Tema Bakat ini merupakan salah satu bakat yang sering terdapat pada peran
berikut: sales, HRD, guru TK/SD, juru rawat, operator telepon, psikiater, dispatcher,
layanan pelanggan.

 

HARMONY: Dapat bekerjasama secara baik dengan orang lain.

        
Tidak
suka terhadap adanya konflik, setiap kali dia merasakan adanya perbedaan
pendapat atau perdebatan, dia akan menaruh perhatian terhadap apa yang pernah
terucapkan, memperhatikan apa yang terjadi dan berusaha mendamaikan dengan
menunjukkan adanya kesamaan dari kedua belah fihak

        
Dia
menganggap bahwa pertentangan dan gesekan itu tidak ada hasilnya, sehingga dia
berusaha menguranginya sekecil mungkin.

Tema bakat ini merupakan salah satu bakat yang sering terdapat pada peran
berikut: pembangun jaringan antara orang-orang dengan cara pandang yang
berbeda, juru damai, penasehat.

 

ARRANGER: Dapat mengorganisir akan tetapi juga memiliki kelenturan yang
membantu pengaturannya.

        
Selalu
berusaha memikirkan kembali sesuatu. Slogannya adalah ”pasti ada jalan yang
lebih baik dari itu!".

        
Dia
seorang koordinator. Berhadapan dengan situasi yang sulit yang melibatkan
banyak faktor, dia senang mengatur semuanya, meluruskan dan meluruskannya lagi
sampai dia merasa yakin bahwa dia tetah mengaturnya dalam konfigurasi yang
sangat produktif.

Tema bakat ini merupakan salah satu bakat yang sering terdapat pada peran
berikut: supervisor, manager, event organizer, programmer

 

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 27, 2010 inci Aneka Catatan

 

Waspadai Potensi Bencana

MARI MEMBACA ALAM UNTUK MEWASPADAI POTENSI BENCANA

 

Thomas Djamaluddin

Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim (Apr 2007 – Maret 2010)

Profesor Riset
Astronomi-Astrofisika,

 LAPAN

 

            Indonesia relatif rentan
terhadap bencana, baik bencana geologi (gempa, gunung meletus, dan semburan
lumpur), oseonologis (banjir pasang), meteorologis (banjir, kekeringan, puting
beliung), maupun gabungannya (tsunami, tanah longsor, dan gelombang tinggi).
Sebagian akibat proses alami yang tidak ada peran manusia, seperti gempa,
gunung meletus, dan tsunami. Sebagian lagi akibat proses alami yang terkait
dengan ulah manusia, baik secara langsung (seperti banjir, kekeringan, dan
tanah longsor), maupun yang tidak langsung (seperti banjir pasang akibat
penurunan permukaan tanah daerah pantai). Untuk mewaspadai potensi bencana, dua
hal harus diperhatikan: perubahan global-lokal dan variabilitas fenomena alam.
Membaca alam adalah memahami perubahan dan varibilitas itu untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya potensi bencana.

 

Perubahan Global dan Lokal

Pemanasan global sering disebut-sebut sebagai
biang keladi meningkatnya bencana. Ada benarnya, tetapi faktor lokal juga harus
diwaspadai. Ini perlu ditekankan agar kita tidak terjebak pada generalisasi
yang keliru. Akibat generalisasi keliru seolah-olah faktor penyebab utama
bencana adalah pemanasan global bisa membuat kita tidak sadar bahwa sumber
penyebabnya yang utama ada di sekitar kita sendiri. Kita juga menjadi tidak
sadar dalam merumuskan strategi penanggulangan bencana.

Pemanasan global adalah peningkatan secara gradual
temperatur permukaan global akibat efek emisi gas-gas rumah kaca (terutama CO2)
dari aktivitas manusia (antropogenik). Pemanasan global hanya diketahui dari
data, bukan fenomena sesaat yang dirasakan. Kita tidak dapat mengatakan suhu
akhir-akhir ini terasa panas karena pemanasan global, seperti kita jumpai di
media massa. Fenomena sesaat efeknya lebih kuat, tetapi cepat juga berubah
menjadi ekstrem lainnya, misalnya suhu menjadi lebih dingin. Dampak perubahan
global juga bersifat gradual, sedikit demi sedikit namun konsisten.

Pemanasan global diyakini menyebabkan perubahan
iklim global. Perubahan iklim adalah keadaan iklim yang rata-ratanya atau sifat
lainnya menunjukkan perubahan yang bersifat tetap dalam jangka panjang, baik
karena proses alami maupun dampak dari aktivitas manusia yang mengubah
komposisi atmosfer maupun tataguna lahan. Perubahan Iklim kadang dibedakan
dengan variabilitas iklim. Perubahan iklim menekankan faktor aktivitas manusia
(antropogenik). Variabilitas iklim menekankan pada faktor proses alami.

Atas dasar kecenderungan global yang menunjukkan
adanya pemanasan global dan perubahan iklim global, diproyeksikan di penghujung
milenium ketiga 2090 – 2099 b
umi akan makin panas. Dampaknya, ada wilayah yang
makin tinggi curah hujannya (a.l. Indonesia bagian utara) dan ada wilayah yang
makin rendah curah hujannya (a.l. Indonesia bagian selatan). Data rata-rata
suhu Indonesia
1970 – 2004 menunjukkan kenaikan 0,2 – 1 derajat yang
berdampak pada sistem fisis dan biologis. Puncak Jayawijaya di Papua merupakan
salah satu contoh yang menunjukkan terjadinya perubahan fisik, yaitu
berkurangnya salju abadi. Namun perlu diingat, perubahan suhu tersebut hanyalah
rata-ratanya. Kecenderungan pemanasan lokal di kota, yang disebut fenomena
pulau panas perkotaan, bisa lebih tinggi, sekitar 3 derajat dalam rentang waktu
yang sama.

Perubahan lokal berdampak
jangka pendek, dalam orde tahunan sehingga relatif terasa secara langsung. Kota
terasa semakin panas sehingga tingkat kenyamanan berkurang. Banjir dan tanah
longsor semakin sering terjadi karena menurunnya daya dukung lingkungan.
Pembangunan telah mengubah tataguna lahan yang mengubah kesetimbangan alam.
Penambahan kepadatan penduduk telah memperburuk kondisi lingkungan sehingga
tidak mampu menyerap atau mengalirkan curah hujan yang normal sekali pun yang
berdampak banjir dan tanah longsor.

 

 

Variabilitas

            Potensi bencana perlu
diwaspadai dengan mengkaji periodisitas dan variabilitasnya. Secara umum
kejadian di bumi sering bersifat periodik, berulang. Ada yang keberulangannya
mudah diprakirakan, seperti musim kemarau dan musim hujan. Tetapi ada juga yang
sulit, seperti kejadian gempa. Tetapi, kalau pun bisa diprakirakan,
keberulangannya tidak mungkin tetap karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
Keberulangannya bisa bervariasi, lebih panjang atau lebih pendek. Jadi, ada
variabilitas.

            Karena
banyak faktor yang mempengaruhi, datang dan perginya musim hujan dan musim
kemarau menjadi bervariasi. Bisa lebih cepat atau lebih lambat. Kegagalan dalam
memprakirakan sering berdampak pada kerugian. Para peneliti (termasuk di LAPAN)
kini berupaya memahami variabilitas itu dengan memahami banyak faktor yang
mempengaruhinya. Belum semua rahasia alam terkuak, tetapi kini semakin banyak
faktor telah difahami.

            Dulu
kita hanya mengenal dua musim: musim hujan dan kemarau, dengan pancaroba pada
masa peralihannya. Faktor yang berpengaruh adalah perubahan posisi matahari
yang berubah periodik ke utara dan ke selatan, sehingga terjadinya fenomena
monsun, yaitu perubahan angin dari Asia-Pasifik dan Australia.
Desember-Januari-Februari (DJF) adalah musim hujan di sebagian besar wilayah
Indonesia karena adanya angin yang membawa uap air dari Pasifik dan Asia.
Sedangkan Juni-Juli-Agutus (JJA) adalah musim kemarau karena angin dari
Australia bersifat kering. Pada musim hujan dan kemarau udara cenderung lebih
dingin karena angin membawa udara dingin dari daerah yang sedang mengalami
musim dingin.

Maret-April-Mei (MAM)
dan September-Oktober-November (SON) adalah musim peralihan, pancaroba. Pada
musim pancaroba udara cenderung lebih panas karena tidak adanya efek
pendinginan dari pergerakan angin yang relatif bersifat lokal dan berubah-ubah.
Inilah yang menjelaskan suhu di beberapa kota terasa lebih panas pada musim pancaroba,
bukan karena efek pemanasan global seperti dikira sebagian masyarakat. Konveksi
lokal berpotensi terjadi.

            Kini,
pengetahuan kita bertambah. Ternyata faktor pemanasan lautan Pasifik sangat
berpengaruh terhadap pembentukan awan dan hujan di Indonesia. Kita mengenal El
Nino dan La Nina. El Nino adalah fenomena suhu muka laut di Pasifik Timur
(sekitar perairan Peru) lebih tinggi daripada di Pasifik Barat (sekitar
perairan Indonesia). Akibatnya, awan dari wilayah Indonesia bergeser ke Pasifik
yang menyebabkan musim kemarau berkepanjangan di Indonesia. Sebaliknya, ketika
Pasifik Barat lebih hangat daripada Pasifik Timur akan terjadi La Nina yang
menyebabkan awan dari Pasifik berkumpul di wilayah Indonesia. Akibatnya, musim
hujan di Indonesia akan semakin panjang. Awal 2009 kita mengalami La Nina lemah
sehingga hujan masih akan terus mengguyur sampai April-Mei. Lalu akhir 2009
sampai awal 2010 kita mengalami El-Nino moderat. Akibat pemanasan global,
frekuensi kejadian El-Nino dan La Nina menjadi semakin cepat. Dulu rata-rata
kejadiannya setiap 5 – 7 tahun, sekarang rata-rata kejadian antara 3 – 4 tahun.

            Pada
tahun 1990-an para peneliti menemukan fenomena baru yang juga berpengaruh pada
variablitas iklim Indonesia. Ternyata suhu muka laut di lautan Hindia juga
berpengaruh yang dikenal sebagai fenomena moda dipol.
Mirip dengan La Nina dan
El Nino, di lautan Hindia kita mengenal moda dipol negatif dan positif. Pada
saat moda dipol negatif, suhu muka laut lautan Hindia Timur (sekitar perairan
Indonesia)  lebih tinggi dari pada di
lautan Hindia Barat (sekitar perairan Afrika). Akibatnya awan dari lautan
Hindia berkumpul di atas Indonesia. Sebaliknya saat moda dipol positif,
perairan Afrika lebih hangat darpada perairan Indonesia sehingga awan dari
Indonesia cenderung bergeser ke arah lautan Hindia. Juli 2009 – Oktober 2009
kita mengalami moda dipol negatif sehingga dampak El Nino menjadi lemah.
Sedangkan November 2009 – awal 2010 kita mengalami moda dipol positif sehingga
kecenderungannya musim hujan sedikit hujan, memperkuat kondisi El Nino.

            Dua
faktor lautan tersebut (Pasifik dan Hindia) sudah cukup mengeser awal musim
hujan dan musim kemarau di Indonesia. Karena frekuensi kejadian El Nino dan La
Nina semakin cepat akibat dampak pemanasan global, kita merasakan ketidakpastian
musim semakin tinggi. Kita tidak bisa lagi membuat generalisasi bahwa DJF
adalah musim hujan dan JJA adalah musim kemarau.
Bisa saja karena faktor
El Nino-La Nina serta moda dipol positif dan negatif, musim hujan dan musim
kemarau bergeser.

            Kita
sering mendengar ada petani yang terkecoh, dikira sudah masuk musim hujan
karena hujan turun setiap hari, nyatanya kemudian kering kembali. Sebaliknya,
dikira mulai masuk musim kemarau karena hujan tak turun lagi selama beberapa
hari, ternyata kemudian hujan masih turun. Atau kita sering merasakan pada saat
musim hujan ada jeda dengan cuaca cerah selama beberapa hari. Kini diketahui
ada periodisitas jangka pendek antara 1 – 2 bulanan terkait turunnya hujan yang
dikenal osilasi Madden-Julian. Ada masa konveksi pembentukan awan sangat kuat
yang terkait dengan banyaknya turun hujan dan ada masa konveksi pembentukan
awan sangat lemah yang terkait dengan kurangnya turun hujan.

            Ada
periodisitas lain yang juga harus diperhatikan, faktor k
osmogenik yang berasal dari antariksa. Pasang
surut air laut sudah lama diketahui berperiode 12 jam karena efek gravitasi
bulan. Tetapi ada saat-saat tertentu pasang mencapai maksimum karena efek
gabungan gravitasi bulan dan matahari. Itu terjadi sekitar bulan baru (sekitar tanggal
1 kalender Hijriyah/Saka) dan sekitar purnama. Pada saat itu banjir pasang
terjadi paling tinggi di daerah pantai yang menjangkau daratan yang lebih luas.

Faktor kosmogenik lainnya adalah dari aktivitas
matahari yang terkait dengan pancaran partikel energetik dan radiasi matahari
yang periodenya sekitar 11 tahunan. Banyak penelitian yang menunjukkan
pembentukan awan dan curah hujan dipengaruhi juga oleh periodisitas aktivitas
matahari. Ada kecenderungan curah hujan lebih tinggi atau lebih rendah pada
saat aktivitas matahari maksimum, tergantung daerahnya. Musim dingin ekstrem
saat ini di bumi belahan utara terkait erat dengan aktivitas matahari minimum
yang berkepenjangan saat ini.

 

Waspadai Efek Penguatan

            Faktor-faktor yang
pengaruh tersebut perlu terus dipantau untuk mengkaji potensi bencana. Bila
faktor-faktor tersebut terjadi tidak bersamaan, potensi bencananya relatif
rendah.
Tetapi perlu
diwaspadai efek penguatan potensi bencana bila kejadiannya bersamaan. La Nina
yang bersamaan dengan moda dipole negatif disertai dengan osilasi Madden-Julian
yang mengindikasikan penguatan konveksi pembentukan awan perlu diwaspadai
potensi curah hujan yang cukup tinggi.
Potensi banjir akan akan makin parah bila daya dukung lingkungan buruk,
misalnya berkurangnya resapan dan terhambatnya saluran pembuangan air.

Lebih parah lagi kalau kejadiannya bersamaan
dengan pasang maksimum. Pada saat itu air laut meninggi. Curah hujan di laut
juga menambah volume air laut. Akibatnya, luapan air dari daratan tidak dapat
terbuang ke laut. Penurunan permukaan tanah di beberapa kota pantai makin
memperparah dampaknya.

 

            Masa pancaroba yang
diperkuat dengan osilasi Madden-Julian yang mengindikasikan kuatnya konveksi
pembentukan awan, sangat berpotensi memicu pergerakan udara panas yang kaya uap
air ke atas secara cepat. Konveksi lokal ini dapat memicu terjadinya hujan
lebat yang disertai dengan butiran es bila uap air didorong tinggi mencapai
daerah yang sangat dingin atau terjadinya badai lokal berupa puting beliung.
Inilah yang terjadi pada pertengahan Maret 2009 sampai pekan ketiga di beberapa
kota. Fenomena yang mirip kondisi pancaroba (karena adanya tekanan rendah di
Barat Baya Indonesia) terjadi pada pertengahan Februari 2010 baru lalu. Efek
pemanasan lokal karena kurangnya vegetasi menambah potensi bencana hujan es dan
puting beliung.

            Apa yang bisa kita
lakukan? Faktor alam hanya bisa kita waspadai. Faktor antropogenik dari
perilaku manusia harus kita perbaiki agar tidak memperkuat potensi bencana.
Memperbaiki daya dukung lingkungan adalah upaya mutlak yang harus dilakukan
saat ini juga., antara lain dengan memperbanyak resapan air, memperbaiki
saluran air, dan memperbanyak ruang terbuka hijau.

 

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 27, 2010 inci Sains Atmosfer dan Lingkungan

 

Video Ristek: Iptek dan Al-Quran

Takjub: Penciptaan dan Struktur Alam Semesta

Situs Kementrian Ristek menyajikan juga Video Takjub. TAYANGAN TV TAKJUB merupakan program tayangan televisi bertema iptek-religi, memaparkan dunia
teknologi dengan mengupas sisi ilmu pengetahuan dan terjelaskan di
dalam ayat-ayat Al-Quran. Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya
Allah S.W.T. telah menundukkan untuk (kepentingan)-mu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya
lahir dan bathin Dan di antara manusia ada yang membantah Keesaan-Nya
tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi
keterangan [Q.S. Luqman (31) ayat 20]

Saya sempat juga menjadi nara sumber untuk tema "Penciptaan dan Struktur Alam Semesta".

Silakan kunjungi situsnya http://www.ristek.go.id/?module=File&frame=http://video.ristek.go.id/Takjub/

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Januari 13, 2010 inci Sains & Quran

 

Profesor Riset

Profesor
Riset dan Profesor (Akademik)

 (Silakan baca tulisan updated di blog baru: http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/10/26/profesor-riset-dan-profesor-akademik/ )

            Ada
teman yang bertanya, apa beda Profesor Riset dengan Profesor (akademik) di
perguruan tinggi? Ada perbedaan, tetapi ada juga persamaannya. Sejenak kembali
ke sejarah munculnya profesor riset. Keberadaan profesor riset diawali dari
gagasan Pak Habibie saat menjadi Menristek tahun 1990-an untuk menghargai
profesi peneliti. Gagasan itu baru terwujud dengan keluarnya SK Menpan  2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti
serta SK bersama BKN dan Kepala LIPI yang mengatur pelaksanaannya. Profesor
Riset adalah gelar yang diberikan kepada Peneliti Utama IVe berpendidikan S3
yang telah menyampaikan orasi ilmiah dalam suatu upacara pengukuhan.

            Jadi
perbedaan profesor riset dengan profesor akademik di perguruan tinggi adalah
perbedaan jalur profesi. Profesor akademik adalah gelar yang diberikan kepada
pemegang jabatan fungsional dosen yang tertinggi (yaitu Guru Besar), sedangkan
profesor riset diberikan kepada pemegang jabatan fungsional peneliti tertinggi (yaitu
Peneliti Utama IVe). Tentu perbedaan profesi menyebabkan unsur yang dinilai ada
perbedaan, tetapi ada beberapa unsur yang sama.

            Pada
keduanya, kemampuan meneliti dan mempublikasikan karya tulis terkait
penelitiannya, membina kader ilmiah, serta pengabdian masyarakat merupakan
unsur-unsur yang dinilai. Penilaian seperti itu lazim disebut angka kredit
kumulatif. Berdasarkan Keppres 87/1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional, saat
ini ada kesetaraan jabatan dan pangkat untuk semua jabatan fungsional keahlian,
termasuk jabatan fungsional dosen dan peneliti.

            Berikut
ini kesetaraan jabatan fungsional tersebut:

 

Angka Kredit        Pangkat               Jabatan
Dosen         Jabatan
Peneliti

 

     1050                IVe                    Guru Besar               Peneliti Utama


850                IVd                    Guru Besar               Peneliti Utama

 

      700                 IVc                    Lektor Kepala         Peneliti Madya

      550                 IVb                    Lektor Kepala         Peneliti Madya

      400                 IVa                    Lektor Kapala         Peneliti Madya

 

      300                 IIId                    Lektor                      Peneliti Muda

      200                 IIIc                    Lektor                      Peneliti Muda

 

      150                 IIIb                    Asisten Ahli              Peneliti
Pertama

      100                 IIIa                    Asisten Ahli              Peneliti
Pertama

           

            “Profesor” itu gelar
atau jabatan? Merujuk pada UU Sisdiknas “Sebutan guru besar atau profesor hanya dipergunakan selama yang bersangkutan masih aktif bekerja sebagai pendidik di perguruan tinggi”, karena pada penjelasan sudah ditegaskan jabatan Guru Besar langsung identik dengan profesor. Guru besar atau profesor adalah jabatan fungsional bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan perguruan tinggi”.
Di aturan jabatan fungsional dosen tidak ada terminologi “profesor”, yang ada hanya “guru besar”. Tetapi, merujuk pada aturan jabatan fungsonal peneliti, “Profesor Riset” adalah gelar
kehormatan, artinya  tetap melekat, tidak ada batas waktunya, seperti halnya gelar
Doktor. Rupanya disinilah akar masalah kontroversi gelar atau jabatan “Profesor”. Kita semua tahu, jabatan fungsional Guru Besar atau Peneliti Utama bisa saja
berhenti karena tidak terpenuhinya angka kredit pemeliharaan atau karena
pensiun/berhenti. SK pemberhentian yang ada adalah SK pemberhentian jabatan
fungsionalnya, bukan surat pengukuhan profesornya, karena penetapannya berbeda.
Keluarnya SK Peneliti Utama atau Guru Besar tidak berarti  langsung dikukuhkan, perlu waktu untuk
menyiapkan orasi dan upacara pengukuhannya.

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada Desember 26, 2009 inci Aneka Catatan